SELAMAT DATANG DI PGRI KABUPATEN BANYUASIN Email : pgribanyuasin@gmail.com

Rabu, 24 Februari 2010

Sejarah PGRI

SEJARAH PGRI KABUPATEN BANYUASIN

Penyelenggaraan Konperensi Daerah PGRI Kabupaten Banyuasin yang pertama ini merupakan konsekwensi dan tindak lanjut dari lahirnya undang-undang nomor 6 tahun 2002 tentang pembentukan kabupaten Banyuasin. Selama ini pembinaan profesi guru di wilayah Kabupaten Banyuasin dilakukan oleh pengurus-pengurus cabang dienam kecamatan, dan dikoordinasi oleh Pengurus Daerah TK. II PGRI Kabupaten Musi Banyuasin. Berdasarkan Surat Mandat PD TK. II PGRI Kabupaten Musi Banyuasin No. 019/Org/PD.II.06.04/VIII/2003 tanggal 04 Maret 2003.memberikan Mandat kepada PC. PGRI Kecamatan Banyuasin III untuk mempersiapkan dan melaksanakan Konperda. Selanjutnya Ketua PC PGRI Kabupaten Banyuasin mengeluarkan Surat Keputusan Pengurus Cabang PGRI Kecamatan Banyuasin III No. 011/Pan-Konperda/PGRI/2003 tanggal 06 Maret 2003 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana konperda I PGRI Kabupaten Banyuasin.

Konperda I PGRI Kabupaten Banyuasin ini dilaksanakan pada tanggal, 30 April 2003 di Gedung SMU Negeri 1 Banyuasin III selama satu hari dari pukul 08.00 s.d Selesai yang terdiri dari 24 orang utusan 6 Pengurus cabang, 66 orang utusan 33 Pengurus Ranting, ditambah dengan utusan PD TK. I sumsel dan PD TK. II PGRI Kabupaten Musi Banyuasin dan Utusan anak lembaga PGRI. Peserta dan Peninjau seluruhnya berjumlah 100 orang dengan Tema : “MEMPERKUAT PERAN PGRI DALAM MEMANTAPKAN REFORMASI DI BIDANG PENDIDIAN “Berdasarkan hasil Pemilihan Pengurus PGRI Kabupaten Banyuasin yang ditetapkan dengan Keputusan Konferda I No. VII/Konferda-I/BA/2003 tentang Susunan dan Personalia Badan Penasehat PGRI Kabupaten Banyuasin Masa Bakti I Tahun 2003-2008.

Dengan susunan kepengurusan sebagai berikut :


A. PENGURUS HARIAN

Ketua

:

Drs. HASAN MASRI

Wakil Ketua

:

Drs. MUHAMMAD ISNAINI

Wakil Ketua

:

Drs. SYAHARUDDIN HR

Sekretaris Umum

:

Drs. AMIRUNAS

Wakil Sekretaris

:

AGUS SUHERWAN, S.Pd

Bendahara

:

NURKEMI

Wakil Bendahara

:

TARMIZI

B. KETUA BIDANG

Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Pengabdian Masyarakat

NASUTMAN, S.Pd

Ketua Bidang Kesejahteraan dan Ketenagakerjaan

MARSITO MARIJAN

Ketua Bidang Peranan Wanita

:

Dra. WARDAH

Ketua Bidang Pendidikan Agama

:

Drs. SYARFAWI SYARFAN

Ketua Bidang Pendidikan Pra Sekolah

:

LILISSIANA DEWI

Ketua Bidang Pendidikan dasar

:

Drs. ANWAR UMAR

Ketua Bidang Pendidikan Menengah

:

Drs. M. AKIP SK

Ketua Bidang Pendidikan Luar Sekolah, Olah raga, dan Generasi Muda

:

M. AZWARI, S.Pd

Ketua Bidang Perguruan Swasta dan Lembaga Pendidikan PGRI

:

HERY AMIRUL, S.Pd

Ketua Bidang Kesenian dan Kebudayaan

:

SUDARTONI, S.Pd



Sejarah PGRI Indonesia

hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”.

Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.

Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah --guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 --seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia-- Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.

Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :

1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.

2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.

3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.

Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen dan tidak berpolitik praktis.

Untuk itulah , sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional , dan diperingati setiap tahun.

Semoga PGRI, guru dan bangsa Indonesia tetap jaya dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.


 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes